Rabu, 11 Juli 2012

Immunosupresive

Immunosuppression atau imunosupresi dapat dimaknai sebagai suatu perubahan reaksi kekebalan dalam keadaan negatif sehingga respon tubuh ternak terhadap masuknya benda asing menjadi berkurang atau bisa menjadi pemicu serangan berbagai penyakit ke dalam tubuh ternak. Ketika imunosupresi menyerang ayam maka akan menyebabkan 2 kerugian sekaligus, yaitu kerugian karena faktor/agen immunosuppressive yang disebut immunosuppressant dan agen penyakit lainnya yang menjadi lebih mudah masuk ke dalam tubuh ayam. Kondisi ayam ini dapat diibaratkan, ayam sudah “jatuh” masih harus menanggung rasa sakit karena tertimpa “tangga”. Meskipun demikian, perhatian peternak terhadap penyakit imunosupresi tidaklah sebesar pada penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. Oleh karena itu, dengan artikel ini semoga kita semakin paham dan mengerti tentang imunosupresi. Mekanisme Imunosupresi Terjadinya imunosupresi akan ditunjukkan dengan adanya hambatan atau gangguan pada satu atau lebih komponen sistem kekebalan tubuh. Mekanisme terjadinya imunosupresi biasanya terjadi melalui 3 mekanisme yaitu : • Secara langsung mengganggu fungsi sistem kekebalan atau merusak organ dan kelenjar limfoid primer (bursa Fabricius dan thymus) sekaligus organ/kelenjar limfoid sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil dll). Mekanisme ini biasanya disebabkan serangan Gumboro, Marek’s, reovirus, limfoid leukosis dan aspergilosis • Merusak atau mengganggu fungsi dan sistem pertahanan yang bersifat sekunder (limfa, proventrikulus, seka tonsil, sel harderian) karena serangan penyakit swolen head syndrome, kolera, ILT dan snot (korisa) • Menguras zat kebal (antibodi) tubuh yang telah terbentuk dari hasil vaksinasi, yang disebabkan serangan koksidiosis Bursa Fabricius (salah satu organ limfoid primer) yang mengecil (atropi) akibat terinfeksi virus Gumboro merupakan salah satu gejala spesifik adanya kasus imunosupresi Secara umum adanya imunosupresi ditunjukkan dari adanya : • Gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti adanya kegagalan vaksinasi (meskipun vaksin yang digunakan berkualitas dan tata laksana vaksinasi telah dilakukan dengan tepat), reaksi post vaksinasi meningkat (contoh ayam nampak bersin-bersin dan muncul gejala gangguan lainnya setelah vaksinasi ND), turun atau hilangnya keampuhan pengobatan bahkan meningkatnya kasus penyakit yang tidak umum, seperti gangrenous dermatitis, aplastic anemia atau inclusion body hepatitis • Meningkatnya penyakit yang menyerang saluran/sistem pernapasan yang diikuti infeksi sekunder oleh bakteri Gejala spesifik atau khusus dari munculnya imunosupresi ditunjukkan dengan adanya kerusakan atau gangguan fungsi sel atau organ yang penting dalam sistem kekebalan (sistem imunologi) tubuh. Organ tubuh yang penting dalam sistem imunologi ialah bursa Fabricius dan thymus. Kerusakan kedua organ ini akan mengakibatkan menipisnya atau hilangnya sel limfoid. Selain itu, jaringan dan organ yang meliputi hati, limfa, sumsum tulang, kumpulan sel limfoid mempunyai peranan yang penting dalam memelihara respon sistem kekebalan tubuh ayam. Oleh karena itulah, saat terserang imunosupresi daya tahan tubuh ayam terhadap serangan penyakit menjadi lemah dan respon vaksinasi menjadi kurang optimal. Secara keseluruhan, saat ayam terserang imunosupresi produktivitas ayam menjadi tidak optimal, yaitu : • Berat badan rendah (di bawah standar) dan pertumbuhan tidak merata • Produksi telur cenderung berfluktuasi dan sulit mencapai puncak produksi • Mortalitas cenderung tinggi bila terjadi infeksi penyakit • Feed conversion ratio (FCR) mengalami peningkatan Penyebab Imunosupresi Penyakit imunosupresi yang menyerang ayam dapat disebabkan oleh bebeberapa faktor yaitu : 1. Agen penyakit (infeksius) Agen penyakit yang bersifat imunosupresi antara lain marek’s, avian leukosis, Gumboro, viral arthritis, avian reticuloendotheliosis, chicken anemia dan adenovirosis. • Marek’s Marek’s atau fowl paralysis, neurolymphomatosis, acute leukosis merupakan penyakit viral yang sangat menular. Penyebabnya ialah virus herpes yang memiliki struktur DNA. Sebagai penyakit imunosupresi, virus marek’s mempunyai target utama merusak sel limfosit T pembantu (Th), sel limfosit T sitotoksik dan sebagian kecil sel limfosit B. Selain itu, terjadi pengecilan bursa Fabricius, thymus dan limpa yang merupakan pabrik sel limfosit T dan B. Kasus serangan marek’s yang berat bisa menyebabkan degenerasi sumsum tulang belakang yang menjadi awal pembentukan sel bakal bagi sel limfosit. • Avian leukosis Pembengkakan bursa Fabricius akibat replikasi dan transformasi retrovirus Seperti halnya marek’s, avian leukosis merupakan penyakit tumor yang menyebabkan kerusakan pada organ limfoid primer. Avian leukosis disebabkan infeksi virus retrovirus yang mempunyai target utama merusak sel limfosit B matang yang telah mempunyai Ig M terikat membran. Selain itu, adanya replikasi retrovirus pada bursa Fabricius dan limpa menyebabkan kedua organ limfoid ini menjadi kisut (atropi). Kerusakan kedua organ limfoid tersebut sekaligus kerusakan sel limfosit B matang akan menyebabkan respon kekebalan humoral menjadi terganggu. • Gumboro Penyakit yang pertama kali terjadi di wilayah Gumboro, Delaware Amerika Serikat ini menjadikan sel limfosit B dan makrofag serta organ limfoidnya sebagai target utama infeksi. Sel limfosit B matang dan makrofag di jaringan usus menjadi sel yang terlebih dahulu terinfeksi virus Gumboro. Kemudian virus Gumboro secara sistematik menyebar sampai ke berbagai organ, terutama bursa Fabricius. Bursa Fabricius membesar dan disertai bintik-bintik perdarahan menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang parah sehingga respon imun humoral terganggu Virus Gumboro yang berkembang biak (replikasi) di bursa Fabricius akan mengakibatkan rusaknya sel-sel limfosit B, terutama sel limfosit B matang, bahkan pada kasus yang parah bisa juga merusak sel B prekursor. Akibatnya proses pembentukan antibodi menjadi terhambat bahkan terhenti. Tidak hanya sel limfosit B di bursa Fabricius yang terinfeksi virus Gumboro, makrofag juga terinfeksi. Akibatnya makrofag akan mengalami perubahan sifat yang cenderung bersifat detrimental (merugikan tubuh) seperti perdarahan berbagai jaringan dalam tubuh ayam. • Viral arthritis, avian reticuloendotheliosis dan chicken anemia Sumsum tulang yang pucat dan mengalami pengecilan menjadi indikasi adanya imunosupresi akibat serangan chicken anemia agent (CAA) Viral arthritis dan avian reticuloendotheliosis menyebabkan pengecilan dan tidak berfungsinya bursa Fabricius maupun thymus terutama pada ayam muda. Chicken anemia tidak secara spesifik merusak sel limfosit tetapi mengakibatkan pengecilan atau kisutnya sumsum tulang dan organ limfoid maka pembentukan sel awal dan sel yang berperan dalam kekebalan tubuh menjadi terganggu. 2. Agen kimia Agen kimia yang dapat mengakibatkan imunosupresi adalah toksin atau racun jamur dan kandungan nutrisi yang kurang. • Mikotoksin Mikotoksin atau racun jamur akan sangat mudah ditemukan saat kondisi lingkungan lembab, terutama saat musim penghujan. Selain itu ransum atau bahan baku ransum dengan kadar air yang tinggi akan memicu tumbuhnya jamur yang menghasilkan racun atau toksin. Jamur yang tumbuh pada ransum dan bahan baku ransum dapat dengan mudah dimatikan, namun tidak demikian dengan racun jamur yang terbentuk. Racun itu sangat sulit untuk dihilangkan. Racun jamur yang terkonsumsi oleh ayam biasanya tidak langsung dikeluarkan dari tubuh, namun akan terakumulasi dan saat kadarnya telah mencapai titik tertentu (batas normal) maka ayam akan mulai menunjukkan gejala. Salah satunya ialah melemahnya sistem pertahanan tubuh ayam atau sering disebut imunosupresi. Imunosupresi yang disebabkan oleh mikotoksin bersifat kronis. Namun jika konsentrasi tinggi akan bersifat akut. Imunosupresi merupakan gejala awal saat kadar mikotoksin relatif rendah, selanjutnya terjadi gangguan metabolisme, timbul gejala klinis dan akhirnya timbul kematian. Dari sekitar 300 jenis mikotoksin yang telah terdeteksi dari 100.000 spesies jamur, setidaknya ada 4 jenis mikotoksin yang bersifat imunosupresi pada ayam, yaitu aflatoksin, ochratoksin, fumonisin dan trichothecenes (T2). Aflatoksin dapat menyebabkan pengecilan bursa Fabricius, limpa maupun thymus. Aflatoksin juga dapat merusak sel limfosit B, mengganggu fungsi fagosit sel-sel fagositik serta menurunkan aktivitas fungsional dari komplemen. Ocratoksin mengakibatkan atropi thymus, menghambat fungsi fagositosis sel-sel heterofil fagositik dan menyebabkan penipisan sel limfosit T dan B. Atropi organ limfoid dan kerusakan makrofag juga diakibatkan oleh adanya fumonisin sedangkan trichothecenes mengakibatkan nekrose jaringan limfoid dan sumsum tulang belakang. Jagung merupakan bahan baku ransum yang rentan terkontaminasi aflatoksin. Kadar aflatoksin di atas 50 pbb dapat menimbulkan efek imunosupresi. Pastikan kadar air jagung < 14% dan simpan pada tempat yang tidak lembab • Defisiensi nutrisi Zat nutrisi yang terkandung dalam ransum, seperti energi, protein, vitamin dan mineral memiliki peranan penting dalam sistem kekebalan (imunitas). Protein sangat diperlukan untuk perkembangan organ limfoid. Bahkan beberapa asam amino memiliki peranan langsung terhadap sistem kekebalan. Contohnya metionin yang berperan meningkatkan aktivitas kerja thymus dan bursa Fabricius. Kekurangan metionin akan mengakibatkan ayam kekurangan sel darah putih dan ukuran bursa Fabricius menjadi lebih kecil dibandingkan ukuran normalnya. Ketersediaan lisin yang cukup dapat meningkatkan level Ig M dan Ig G yang menentukan level/titer antibodi. Selain itu lisin juga digunakan untuk memelihara sistem kekebalan dan sintesa imunoglobulin yang disekresikan lewat mukosa usus. Arginin dan sistin juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh ayam. Vitamin juga berperan sebagai kofaktor dalam alur proses pembentukan antibodi. Vitamin C berfungsi memelihara stabilitas membran sel leukosit dan mengoptimalkan aktivitas fagosit dari sel neutrofil. Vitamin yang spesifik berperan dalam sistem kekebalan yaitu vitamin A yang berperan menjaga fungsi normal membran mukosa dan perkembangan sel limfosit B; vitamin B6 berfungsi dalam perkembangan dan pemeli-haraan jaringan limfoid; vitamin D3 diperlukan untuk aktivitas makrofag dan level perlindungan cellular mediated immunity (CMI) dan vitamin E melindungi struktur lipoprotein membran sel dan ikut dalam proses pembentukan humoral mediated immunity (HMI) dan CMI. • Antibiotik over dosis Beberapa antibiotik diduga bisa menyebabkan imunosupresi, diantaranya tetrasiklin, sulfonamid, penisilin, chlorampenicol dan streptomisin. Guna membuktikan hal tersebut Medion telah melakukan trial pengaruh pemberian Sulfamix (sulfadimetilpirimidin) dan Medoxy-L (oksitetrasiklin) terhadap pembentukan titer antibodi ND hasil vaksinasi menggunakan Medivac ND La Sota. Sulfaix dan Medoxy-L yang diberikan sesuai dosis dan aturan pakai tidak akan mempengaruhi pembentukan titer antibodi (tidak imunosupresi) Trial ini dilakukan pada ayam specific pathogen free (SPF) umur 9 minggu di kandang SPF. Obat diberikan secara suntikan intramuskuler selama 5 hari berturut-turut sebelum dilakukan vaksinasi ND. Dosis Sulfamix ialah 0,4 ml tiap kg berat badan, sedangkan Medoxy-L diberikan dengan dosis 0,75-1 ml tiap 1-1,5 kg berat badan ayam. Vaksinasi ND dilakukan secara suntikan intramuskuler dengan dosis 0,5 ml tiap ekor (1 dosis). Setelah vaksinasi dilakukan monitoring titer antibodi ND pada 7, 13, 21, 27 dan 34 hari setelah vaksinasi. Grafik 1 menunjukkan pemberian Sulfamix dan Medoxy-L tidak menghambat pembentukan antibodi ND. Titer antibodi ND pada kelompok yang diberi Sulfamix dan Medoxy-L lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak diobati dan divaksin. Pemberian obat sebelum vaksinasi ND akan mengurangi jumlah bibit penyakit yang terdapat dalam tubuh ayam sehingga saat divaksin ND reaksi pembentukan antibodinya menjadi lebih optimal. 3. Respon fisiologis Ayam yang mengalami stres panas (heat stress) yang ditunjukkan ayam melakukan panting menjadi salah satu penyebab melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit Stres merupakan salah satu bentuk respon fisiologis yang bersifat imunosupresi. Stres dingin atau panas (heat stress), jumlah air minum yang terbatas, keramaian, pindah kandang, potong paruh maupun ventilasi yang buruk melalui beberapa mekanisme yang berbeda dapat menurunkan respon imun. Saat stres tubuh ayam akan merespon dengan disekresikannya adeno corticotropin hormone (ACTH) oleh hipofisa anterior dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan kadar ACTH ini akan memicu korteks adrenalis untuk meningkatkan hormon kortisol sehingga mengakibatkan penurunan jumlah maupun perubahan jenis leukosit, yaitu sel eosinofil, basofil dan limfosit. Kondisi ini dapat diartikan saat stres sistem imun (kekebalan) mengalami gangguan. Pencegahan dan Penanganan Teknik yang tepat untuk mencegah dan menangani munculnya imunosupresi tergantung dari agen imunosupresannya. Namun pada intinya ialah menghilangkan atau menekan agen imunosupresan yang ada disekitar ayam, melalui : • Menerapkan konsep biosecurity secara ketat dan tepat. Lakukan desinfeksi kandang secara rutin, minimal sekali seminggu. Cuci tempat ransum dan air minum setiap hari dan lakukan desinfeksi setiap 3-4 hari dengan cara direndam dalam larutan Medisep selama 30 menit. Desinfeksi air minum dengan memakai Antisep, Neo Antisep atau Medisep • Terapkan tata laksana pemeliharaan yang baik. Pastikan kondisi kandang nyaman untuk ditempati ayam. Perhatikan kondisi ventilasi udara, suhu maupun kelembaban kandang. Atur kepadatan kandang dan pastikan distribusi dan jumlah tempat ransum dan air minum sesuai dengan populasi ayam • Lakukan vaksinasi sesuai dengan kasus penyakit yang menyerang. Sesuaikan waktu vaksinasi dengan waktu serangan penyakit. Berikan perhatian lebih pada penyakit-penyakit yang menimbulkan imunosupresi, seperti Gumboro (Medivac Gumboro A, Medivac Gumboro B atau Medivac Gumboro Emulsion). Perhatikan kualitas vaksin dan lakukan tata laksana vaksinasi secara tepat Berikan Medivac Gumboro A jika serangan Gumboro terjadi pada umur 3 minggu dan jika serangan terjadi umur lebih dari 3 minggu berikan Medivac Gumboro A atau Medivac Gumboro B. Jika wabah disebabkan oleh virus Gumboro yang sangat ganas (kematian > 5%) gunakan Medivac Gumboro A • Sebelum vaksinasi, bisa diberikan obat. Hanya saja yang perlu diperhatikan ialah obat diberikan sesuai dosis dan aturan pakai • Berikan ransum dan air minum yang berkualitas. Pastikan ransum tidak menggumpal atau ditumbuhi jamur. Simpan ransum pada tempat yang tidak lembab dan berikan alas pada tumpukan ransum. Lakukan uji kualias secara rutin atau saat terjadi pergantian suplier. Berikan feed supplement dengan kandungan vitamin, mineral dan asam amino (Fortevit, Vita Stress) untuk mendukung stamina tubuh ayam tetap optimal Saat terjadi serangan penyakit imunosupresi, beberapa hal yang dapat dilakukan : • Hilangkan atau tekan faktor yang menyebabkan imunosupresi • Berikan vitamin, elektrolit dan asam amino (Fortevit, Vita Stress, Vita Strong) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam. Pada kasus Gumboro berikan air minum plus gula (2-5%) untuk meningkatkan stamina tubuh ayam • Jika diperlukan dapat diberikan obat untuk menekan adanya infeksi sekunder oleh bakteri. Hanya saja yang perlu kita ingat bersama, dosis dan aturan pakai pemberian obat harus disesuaikan dengan yang tertera di kemasan produk Imunosupresi dapat menimbulkan kerugian yang besar, baik yang disebabkan oleh agen imunosupresan maupun agen penyakit lain yang menjadi lebih mudah menyerang ayam. Berikan perhatian yang lebih pada setiap faktor dan agen imunosupresi. Sukses selalu !!